Rabu, 06 Mei 2009

STRATEGI DAKWAH

Memasuki era informasi dan globalisasi seperti sekarang ini, dimana umat Islam tidak hanya mengalami kebangkitan tapi juga mengalami suatu kegelisahan karena mengetahui ternyata ada suatu yang salah pada system ekonomi, politik, sosial, dan kebudayaan, maka kegiatan tabligh telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Pada kondisi seperti itu, tidak dapat dihindari kegiatan-kegiatan penyampaian pesan-pesan Islam menjadi marak. Hal ini ditandai dengan semakin bermunculan pengajian-pengajian baik yang diadakan oleh individu, organisasi, pemerintah ataupun instansi lainnya. Pengajian disamping berperan sebagai salah satu media penyampaian pesan illahiyah, penanaman pemahaman, penataran, pembinaan dan pengembangan Islam juga berperan sebagai sarana pembentuk karakter, sikap, ketahanan mental, solidaritas social dan lain-lain.
Oleh karena itu, kegiatan tabligh merupakan hal yang sangat penting dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan, karena tanpa adanya kegiatan tabligh, agama tidak akan erkembang dan berwawasan. Hal ini terbukti bahwa seluruh ajaran agama di dunia, perkembangannya banyak ditentukan oleh kegiatan bertabligh dan kelancaran tabligh itu sendiri.
Pengertian menyampaikan dalam tabligh, sudah kita mafhumi bersama, bahwa tabligh mempunyai prinsip untuk menyampaikan kebenaran. Bahkan tidak hanya menyampaikan tapi juga menyeru atau mengajak umat dari kejahilan kepada kebenaran, dari kegelapan kepada terang benderang. Hal ini tentunya harus menjadi suatu usaha tabligh.
Usaha tabligh adalah menyeberluaskan ajaran Islam dan mengejawantahkannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia. Lebih jauhnya, usaha tabligh adalah bertujuan hendak menggarami kehidupan budaya bangsa dengan nilai nilai Islam yang handal dan berkualitas tinggi. Hal ini tidak dapat dipungkiri merupakan kewajiban umat Islam.
Umat Islam sebagai pendukung amanah untuk meneruskan risalah, mempunyai kewajiban amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan bertabligh atau berdakwah karena umat islam sebagai umat pilihan, yang menjadi khalifah di muka bumi, sesuai dengan firman alla dalam suar al-imran 110
Penyelenggraan kegiatan tabligh pada masa sekarang dan yang akan datang akan semakin komplek, hal ini disebabkan karena masalah-masalah yang dialami tabligh semakin berkembang dan kompleks pula, mulai dari persoalan akidah, ibadah, dan muamalah pendukung dan pelaksana tabligh.
Keadaan demikian diperkuat dengan adanya fakta hasil penelitian yang dilakukan oleh DR. Amin Rais tahun 2008, bahwa di Jakarta, orang yang ahli masjid saja hanya 40% yang mengerti arti al-fatihah dan mengerti arti bacaan shalat hanya 10% . Fakta tersebut menggambarka kalau yang ‘buta agama’ dari umat Islam masih mayoritas. Semua kenyataan ini menunjukan perlunya umat Islam untuk berpikir aktif dan dinamis. Artinya dalam setiap kegiatan bertabligh (ajaran islam), siapun orangnya atau lembaga apapun namanya, harus dapat memperhatikan strategi yang benar-benar matang agar dari prinsip-prinsip kegiatan tabligh tersebut dapat terwujud.
Karena menurut Onong Uchyana (1990: 32), strategi yang tepat dalam berdakwah akan menjadi standar untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan dakwah. Strategi itu sendiri merupakan perencanaan dan management untuk mencapai suatu tujuan. Strategi tidak hnaya berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan arah, melainkan harus menunjukan bagaimana teknik operasinya.
Adalah suatu realitas, bahwa manusia mempunyai sifat heterogenitas satu sama lain. Cara berpikir yang berbeda-beda yang dilatarbelakangi oleh geografis, budaya, social, dan ekonomi, sangat berpengaruh pada cara mereka mempersepsikan pesan-pesan tabligh yang disampiakn oleh muballagh. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya tabligh memerlukan strategi yang efisien dan efektif sehingga apa yang menjadi target tabligh dapat berhasil.
Keadaan manusia yang heteroden tersebut, salah satu contohnya terdapat pada jamaah masjid Mujahidin. Tidak hanya kalangan awam tetapi juga kalangan intelektual yang notabene mempunyai latar pendidikan tinggi. Dilihat dari segi usia, jamaah mujahidin terdiri dari usia muda sampai orang tua dengan latar belakang ekonomi dan budaya dan social yang berbeda.
Dari hal diatas itu dapat dipahami banyak hal yang harus diperhatiakn oleh seorang muballigh untuk mencapai kegiatan bertabligh yang sukses. Tabligh sebagai salah satu bnetuk komunikasi yang akan banyak melibatkan factor-faktor social psikologis dari komunikannya, disamping juga mempertimbngkan situasi lingkungan secara fisik dimana komunikasi tabligh itu dilakukan. Dan secara lebi luas, pada hubungan social objek tabligh agar sesuai dengan misi dari ajaran islam. Dengan demikina suatu strategi tabligh tentu adalah upaya untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan latar belakang pengalaman dan pandangannya sehingga ide-ide yang diterima atau dirasakan oleh objek tabligh tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan bermanfaat bagi dirinya.
Oleh karenanya, dalam menhadapi umat semacam itu diperlukan startegi yang benar-benar terarah dalam mnecapai sasaran tabligh yang hendak dicapai. Hal ini benar-benar bahwa aktivitas tabligh tidak lagi disukseskan atas adasar suatu factor pun saling menbantu, mempengaruhi dan berpangkal pada unsure lainnya. (asumi Syukir: 1983: 65)
Al-quran lebih jauh memberi petunjuk, dalam bertabligh kepada umat amnesia dengan macam-macam sifat dan tingkah laku, yang berfirman dalam surat an-Nahl 125:

Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari Jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Serta ditegaskan kembali lewat hadist rosul saw,

‘Kami perintahkan supaya berbicara kepada umat manusai menurut kadar akalnya (kecerdasan mereka masing-masing). (HR. Muslim)

Tidak ada komentar: