Rabu, 06 Mei 2009

Pengaruh Media Massa terhadap Dakwah

Media massa layaknya sebuah pisau, apakah pisau itu akan kita gunakan untuk melukai orang atau untuk memotong buah lalu buahnnya kita makan. Media massa apabila kita gunakansn secara optimal untuk mendukung kebutuhan dakwah Islam, maka manfaat yang dihasilkanya pun akan sangat banyak. Melihat begitu besar dampak media massa terhadap perubahan gaya hidup masyarakat. Sifatnya yang menimbulkan keserempakan, yakni sasaran khalayak yang atau komunikan yang dicapainya relayif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.selain itu, media massa juga bersifat universalitas dan publisitas. Dengan sifatnya yang demikian, pengaruh media massa bukan hanya akan diterima oleh sebagian kalangan masyarak saja, tetapi menjangkau semua kalangan, baik di perkotaan samapai pelosok desa, salah satu contonya adalah televise.
Namun saat ini, media massa belum bahkan tidak termanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan dakwah Islam. Salah satu indikasinya bisa kita lihat dalam sinetron-sinetron nasional atau cerita berita ( newreels) yang banyak ditonton masyarakat, tak ada yang benar-benar mempunyai makna-makan dan nilai-nilai Islam, Cuma sampai pada penyajian symbol-simbol Islamnya saja. Tak ada pula yang yang melancarkan kritik, koreksi atau control kepada pemerintah. Televise pada umumnya mengutamakan siaran resmi atau fungsi ekonomi (siaran niaga). Tak pernah ada sinetron yang mengungkapkan, misalnya, penyiksaan para tahanan yang disangka melakukan kejahatan, karena pasti kena sensor.
Itulah sebabnya, menurut A. muis, salah seorang pengamat media massa,media massa salah satunya Televise cenderung menganut budaya sinkretisme. Yakni mencampuradukan yang hak dengan yang bathil. Misalnya memperbnyak acara-acara pengajian, mimbar agama Islam seperti Hikmah Fajar dan sebagainya. Namun disamping itu memperbanyak pula film-film atau sinetron-sinetron berselera rendah, iklan-iklan yang juga berselera kurang baik, menyesatkan dan mengeksplotasi kemolekan tubuh perempuan dan sebagainya.
Umat Islam diperintahkan untuk melakasnakan ibadah puasa dengan cara yang benar agar bisa menjadi orang yang bertaqwa. Implikasinya banyak manfaat dan maghfirahnya besar jika dilaksanakan secara benar.
Kalau sambil berpuasa, rajin mengaji, shalat tarawih dan sebagainya sambil tetap melakukan maksiat, korupsi, kolusi, dan pelanggaran HAM, penggusuran dan perampasan tanah rakyat secara tak wajar, tentu puasa tak ada maknanya sama sekali. Terjadi lagi sinkretisme atau pencampurabauran antara yang baik dan yang bathil.
Jika itu terjadi, maka semaraknya acara atau siaran dakwah di telavisi,maraknya suasana ramadhan, tak lebih dari sekedar memenuhi norma-norma sosial. Artinya siaran dakwah lebih sebagai tuntutan norma sosial (norma kelompok) yang jika tak diikuti (diramaikan) orang merasa malu, takut ditertawai atau takut dilcehkan bahkan dihujat oleh sebagian kelompok yang lain. Bukan karena takut kepada Allah. Atau hanya memenuhi kebutuhan pasar saja dan televise memanfaatkan moment itu untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap masyarakat.
Sebenarnya media massa mempunmyai fungsi yang sangat relevan dalam upaya dakwah Islam, yakni mengendalikan moral masyarakat karena media massa bisa menjangkau jumlah khalayak yang relative tak terbatas dan dengan waktu yang cepat (seperti diutarakan diatas). Akan tetapi media massa juga memerlukan control dalam hal etika menurut pandangan agama. Karena saat ini, mncul semacam interaksi kontroversial yang sukar dielakan antara media massa dan dakwah Islam.
Di satu pihak media massa dalam menyediakan diri sebagai media dakwah tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan industrialisasi media massa atau fungsi dagang. Konsekuensinya ialah, apa yang haram bagi komunikasi dakwah belum tentu haram bagi kebutuhan industrialisasi media massa. Dengan demikian perintah agama lewat dakwah Islam belum tentu sepenuhnya bisa terakomodasikan ke dalam pengelolaan media massa yang terikat pada tuntutan industrialisasi. Apakibatnya terjadilah sinkretisme dalam system pemberitaan atau program siaran media televisi ( seperti yang dicontohkan di atas).
Karena itu interaksi antara dakwah Islam dengan media massa sifatnya kompleks. Keterlibatan media massa dalam menyemarakan dakwah Islam tak dapat berlangsung sesuai dengan tuntutan agama karena ada kepentingan lain yang harus dilaksanakan oleh media. Bukan saja tuntutan era industrialisasi, tetapi juga cirri khas yang menjadi dasar eksistensi media itu sendiri, khususnya ciri universalitas, publisitas dan komersialitas.

Tidak ada komentar: